Seorang balita bernama Dimas (4 tahun) dan seorang siswi SD bernama Ghina Nazhifa Yasmin (11 tahun) meninggal dunia setelah divaksin rubella. Dimas adalah warga Dusun Besole Desa RT 1 RW 3 Desa Darungan,
Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Sementara, Ghina adalah SD Sentul 1 Bogor, Jawa Barat.
Kepala Desa Darungan, Shokib Adiputra membenarkan informasi meninggalnya Dimas tersebut. "Iya benar ada balita yang meninggal atas nama Dimas berusia empat tahun. Tapi penyebab meninggalnya, bukan kapasitas saya yang menjelaskan," kata Shokib di kantornya, Rabu (23/8/2017) sebagaimana diberitakan Detikcom.
Informasi dari beberapa warga sekitar tempat tinggalnya, Dimas dikabarkan meninggal 7 hari lalu. Balita itu mengalami demam tinggi selama tiga hari. Keluarganya lalu membawanya ke RS Aminah di Kota Blitar hingga akhirnya jiwanya tak tertolong.
Menurut Shokib, pelaksanaan teknis imunisasi di desanya mulai awal sampai akhir, tidak ada kendala dan tidak ada kesalahan. "Suatu contoh, masing-masing pos sudah ditangani sendiri-sendiri. Petugas posyandu dan petugas imunisasi sudah melayani dengan maksimal," ungkapnya.
Peristiwa meninggalnya Dimas, Kades Shokib menegaskan, prosedur pemberian imunisasi sepengetahuannya sudah sesuai. "Yang tangani ini bidan senior. Dan bidannya bilang, anak ini siap mendapat imunisasi. Badannya sehat dan tidak ada masalah," paparnya.
Sedangkan wafatnya Ghina memang penuh misterius. Menurut keterangan keluarga, sebelum wafat Ghina sempat dirawat di RS Sentra Medika. Pihak rumah sakit melarang keluarga buka suara terkait wafatnya Ghina.
“Dokter tidak menjelaskan tentang penyakit anak saya, bahkan setelah anak saya meninggal dunia saya diminta pihak rumah sakit untuk tutup mulut,” terang ibu korban, Mimi Dahlia dikutip oleh Pojoksatu.id.
Mimi menceritakan bahwa sepekan setelah anaknya divaksin rubella tiba-tiba mengalami kelumpuhan. “Tiga hari pasca disuntik vaksinasi anak saya mengalami buang air besar hebat 2 hari, setelah itu anak saya sekolah seperti biasa tetapi sambil kakinya diseret, ketika saya tanyakan katanya kakinya sakit, sebelum disuntik anak saya baik-baik saja dan sehat, tidak ada yang aneh pada diri anak saya, tetapi pasca disuntik kok malah anak saya sakit,” jelasnya.
Karena panik, warga Desa Nutug RT 03/RW 06, Kecamatan Citeuteup, Kabupaten Bogor itu mengajak paman korban ke rumah sakit. Namun beberapa rumah sakit yang didatangi selalu menolak dengan alasan keterbatasan alat.
“Kami ke RS Insani, Annisa, Trimitra, RSUD Cikaret, saat kami sebutkan lumpuhnya anak kami setelah imunisasi mereka angkat tangan. Baru kemudian kami ke Sentra Medika diterima dan di sana anak saya meninggal setelah sempat dirawat,” paparnya dengan nada sedih.
Dinkes memastikan berdasarkan hasil audit, Ghina meninggal bukan karena imunisasi rubella, melainkan terkena infeksi otak.
“Sehubungan dengan adanya pemberitaan meninggalnya sodara Gina (Citeureup) pasca vaksin MR, maka dari hasil audit yang dilakukan tim Pokja KIPI kabupaten Bogor, Komda KIPI Jabar, dan Komnas KIPI (Selasa, 22 Agustus 2017) disimpulkan sementara bahwa tidak ada kaitan antara vaksinasi MR dgn kematiannya. Hasil pemerikasaan dokter RSSM, laboratorium, rontgen, MRI, cek cairan otak menunjukkan adanya infeksi otak (encefalomyelitis),” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Agus Fauzi.
Kepala Desa Darungan, Shokib Adiputra membenarkan informasi meninggalnya Dimas tersebut. "Iya benar ada balita yang meninggal atas nama Dimas berusia empat tahun. Tapi penyebab meninggalnya, bukan kapasitas saya yang menjelaskan," kata Shokib di kantornya, Rabu (23/8/2017) sebagaimana diberitakan Detikcom.
Informasi dari beberapa warga sekitar tempat tinggalnya, Dimas dikabarkan meninggal 7 hari lalu. Balita itu mengalami demam tinggi selama tiga hari. Keluarganya lalu membawanya ke RS Aminah di Kota Blitar hingga akhirnya jiwanya tak tertolong.
Menurut Shokib, pelaksanaan teknis imunisasi di desanya mulai awal sampai akhir, tidak ada kendala dan tidak ada kesalahan. "Suatu contoh, masing-masing pos sudah ditangani sendiri-sendiri. Petugas posyandu dan petugas imunisasi sudah melayani dengan maksimal," ungkapnya.
Peristiwa meninggalnya Dimas, Kades Shokib menegaskan, prosedur pemberian imunisasi sepengetahuannya sudah sesuai. "Yang tangani ini bidan senior. Dan bidannya bilang, anak ini siap mendapat imunisasi. Badannya sehat dan tidak ada masalah," paparnya.
Sedangkan wafatnya Ghina memang penuh misterius. Menurut keterangan keluarga, sebelum wafat Ghina sempat dirawat di RS Sentra Medika. Pihak rumah sakit melarang keluarga buka suara terkait wafatnya Ghina.
“Dokter tidak menjelaskan tentang penyakit anak saya, bahkan setelah anak saya meninggal dunia saya diminta pihak rumah sakit untuk tutup mulut,” terang ibu korban, Mimi Dahlia dikutip oleh Pojoksatu.id.
Mimi menceritakan bahwa sepekan setelah anaknya divaksin rubella tiba-tiba mengalami kelumpuhan. “Tiga hari pasca disuntik vaksinasi anak saya mengalami buang air besar hebat 2 hari, setelah itu anak saya sekolah seperti biasa tetapi sambil kakinya diseret, ketika saya tanyakan katanya kakinya sakit, sebelum disuntik anak saya baik-baik saja dan sehat, tidak ada yang aneh pada diri anak saya, tetapi pasca disuntik kok malah anak saya sakit,” jelasnya.
Karena panik, warga Desa Nutug RT 03/RW 06, Kecamatan Citeuteup, Kabupaten Bogor itu mengajak paman korban ke rumah sakit. Namun beberapa rumah sakit yang didatangi selalu menolak dengan alasan keterbatasan alat.
“Kami ke RS Insani, Annisa, Trimitra, RSUD Cikaret, saat kami sebutkan lumpuhnya anak kami setelah imunisasi mereka angkat tangan. Baru kemudian kami ke Sentra Medika diterima dan di sana anak saya meninggal setelah sempat dirawat,” paparnya dengan nada sedih.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor membantah wafatnya Ghina Nazhifa
Yasmin (11) siswi SD Sentul 1 Bogor, Jawa Barat disebabkan karena vaksin
rubella.
“Sehubungan dengan adanya pemberitaan meninggalnya sodara Gina (Citeureup) pasca vaksin MR, maka dari hasil audit yang dilakukan tim Pokja KIPI kabupaten Bogor, Komda KIPI Jabar, dan Komnas KIPI (Selasa, 22 Agustus 2017) disimpulkan sementara bahwa tidak ada kaitan antara vaksinasi MR dgn kematiannya. Hasil pemerikasaan dokter RSSM, laboratorium, rontgen, MRI, cek cairan otak menunjukkan adanya infeksi otak (encefalomyelitis),” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Agus Fauzi.
Sementara
itu, delapan balita juga dikabarkan diarawat di rumah sakit setelah
divaksin rubella. Menurut Kasi Imunisasi dan Surveilan Dinkes Kabupaten
Blitar, Hendro Subagyo hingga berita ini diturunkan ada 133 laporan
kejadian pasca imunisasi rubella.
"Dari 125
laporan efek sampig ringan mulai dari demam, muntah, dan diare yang
cukup diberikan obat, dapat sembuh. Sementara delapan sasaran yang
rata-rata balita terpaksa dirawat di puskesmas atau rumah sakit karena
penurunan kondisi tubuh," jelas Hendro.
0 Response to "Seorang Balita dan Seorang Siswi SD Meninggal Setelah Divaksin Rubella, 8 Dirawat"
Post a Comment