Semua areal ini masuk Masjidil Aqsha (Sahabat Al-Aqsha | PIC) |
SUATU teori terkenal, jadikan musuh bersama maka kalian akan bersatu dan kuat. Tapi fitnah akhir zaman teramat dahsyat. Jangankan kita menyatukan shaf-shaf ukhuwah, mengabaikan sekat-sekat khilafiyah, membangun persatuan demi hadirnya izzah.
Tentang Masjid Al-Aqsha saja, yang jelas musuhnya, yang jelas kezaliman atas mereka, hitamnya jelas benderang di atas putih, bahkan sudah jelaskan dikabarkan Allah dan Rasulnya, hari ini kita masih berdebat panas saling menyalahkan tentang mana sebenarnya Masjid Al-Aqsha.
Sudah lama energi umat Islam terbuang hanya dalam ranah ini. Kita kehilangan arah prioritas, energi habis kita tumpahkan disini. Ranah jagat media sosial ramai, berdebat tentang lokasi Masjid Al-Aqsha.
Padahal saudara kita di sana, dengan sekuat tenaga dan usaha. Bertahan di sekeliling tanah berkah ini, berteguh dihujam peluh dan darah, bertegap meneriakkan “Birruh, Biddam, Nafdika ya Aqsha” (dengan ruh, dengan darah, kami bela kau ya Aqsha).
Suara mereka merekah memecah setiap waktu walau datang gelapnya dinihari di pintu-pintu Masjid Al-Aqsha.
Kadang, di sini, perdebatan berakhir kasar dan panas. Tuduhan terkena konspirasi Yahudi yang ingin menghancurkan Masjid Al-Aqsha pun terlontarkan. Padahal sudah seminggu ini Baitul Maqdis menegangkan. Masjid Al-Aqsha diambang 2 kemungkinan; Masjid Al-Aqsha kita 100% diambil alih oleh penjajah Zionis Israel sehingga umat tak dapat lagi menegakkan shalat di dalamnya, atau kita, umat Islam bangkit bersatu bersama-sama membebaskannya untuk menjadi pusat turunnya rahmat dan berkah Allah Subhanahu Wata’ala ke seluruh alam.
Cobalah berfikir, tentang perdebatan ini. Adakah manfaat untuk diri kita, atau apakah dapat membantu saudara-saudara kita di Palestina?
Cobalah memahami satu sama lainnya, cobalah memilah mana prioritas yang harus kita kerahkan energi kepadanya.
Bagi yang kokoh menganggap Masjid Al-Aqsha hanyalah Jami’ Al-Kabir (Masjid besar; berkubah hitam), cobalah dengar pendapat saudaramu, yaitu; Seperti Ka’bah, dialah lambang ikonik Masjid Al-Haram. Walaupun disana ada Multazam, Maqam Ibrahim, Hajar Aswad dan Hijr Ismail.
Begitupun Masjid Al-Aqsha, ada Qubah Ash-Shakra (Dome of the Rock; berkubah emas) sebagai lambang ikoniknya, walaupun ada banyak bangunan di dalam komplek seluas 14,4 Hektar, termasuk Jami’ Al-Kabir (Masjid Besar; berkubah hitam).
Cobalah berfikir, bagi yang menyatakan Masjid Al-Aqsha hanyalah Jami’ Al-Kabir (Kubah hitam), terimalah yang berpendapat Qubah Ash-Shakra sebagai lambang ikonik, bukankah masjid yang dimaksud tercakup di dalam komplek itu?
Bagi yang punya pendapat sebaliknya, tak perlu menghabiskan waktu memperpanjang debat, menghabiskan energi yang ada, cukup berikan argumen Anda, dan tanyakanlah perkara yang paling penting.
Tanyalah diri kita: “Apa yang sudah kulakukan untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha?”
Permasalahan utama Masjidi Al-Aqsha itu tentang penjajahan, penjarahan dan penistaan. Peristiwa ini sudah berjalan selama 100 tahun, pertama oleh Inggris, dilanjutkan sejak 50 tahun oleh Zionis Israel.
Sudahkan doa-doa khuyu’ dan khusus kita tertuju ke tanah pusat berkah ini, sudahkah benar hati kita membenci kezaliman yang dilakukan atas mereka, sudahkah kita menyeberkan informasi ini, menginfakkan harta terbaik kita atau menyiapkan diri jika sewaktu-waktu Allah kondisikan kita untuk berjihad ke sana. Sungguh sekecil apapun, pembelaan adalah pertanggungjawaban kita.
Atau malah, kita aktif berdebat tentang mana Masjid Al-Aqsha sebenarnya. Tapi masih minum produk Nestle, makan di KFC atau McD, ngopi di Starbuck atau menikmati produk-produk penyokong zionis Israel lainya.
Sadarlah, detik-detik ini berjalan: Apakah Masjidil Alqsha akan ditutup dan diambil alih oleh penjajah selamanya, atau Allah izinkan kita ikut membebaskannya, selama-lamanya jadi berkah untuk seluruh dunia. Mari tulis sejarah kita dengan tinta emas, berikanlah yang terbaik: Doa, Lisan, Harta dan Jiwa. Amin.
Dimuat di Hidayatullah.com
0 Response to "Masjid Al Aqsha, Jangan Hilang Fokus"
Post a Comment