Seorang aktivis Al-Quds, Khalid Zabariqah, pakar urusan Al-Quds di halaman Facebook menyebutkan 10 penyebab penolakan gerbang-gerbang elektronik Israel di Masjid Al-Aqsha. Penyebab utamanya adalah menolak penguasaan Israel yang tidak memiliki legalitas apapun membangun gerbang elektronik tersebut.
Kedua, Israel bertujuan dengan gerbang elektronik itu untuk menjalankan agenda dan kepentingan yahudisasi dan menguatkan penguasaan terhadap masjid Al-Aqsha dan menaklukan umat Islam serta mengosongkan Masjid Al-Aqsha dari para pembelanya.
Ketiga, Israel ingin menguasai siapapun yang masuk ke Masjid Al-Aqsha dan membatasi jumlahnya.
Keempat, Israel ingin menerapkan pembagian waktu dan tempat di Al-Aqsha, dan gerbang elektronik akan memuluskan tujuan tersebut.
Kelima, Israel ingin menyamakan hak umat Islam dan (hak) kebatilan yahudi dan gerbang elektronik sarana paling mudah karena gerbang itu akan memudahkan penggerebekan warga Yahudi ke sana.
Keenam, Israel berusaha membangun citra dan kesan di mata dunia bahwa wewenang dan kedaulatan terhadap masjid Al-Aqsha dan memancing kemarahan umat Islam.
Ketujuh, Israel ingin melecehkan umat Islam karena harus mengantre panjang sebelum masuk Al-Aqsha.
Pasukan Israel melarang pada Jumat lalu (14/7) penunaikan shalat di masjid Al-Aqsha dan mengosongkannya dari jamaah shalat setelah tiga pemuda Palestina dari baldah Umm Fahm di Palestina 1948 menyrang polisi Israel di dekat gerbang Huttah. Dua polisi tewas dan tiga pelaku Palestina gugur syahid.
Setelah itu Israel mengeluarkan keputusan penutupan Kota Tua dan melarang shalat di masjid Al-Aqsha. Ini kali pertama sejak tahun 1969. Di sela-sela itu, warga yahudi menggerebek masjid Al-Aqsha sebelum akhirnya dibuka kembali sebagian pada Ahad (16/7) dengan memasang gerbang elektronik di Al-Aqsha. Sementara itu warga Palestina menolak kebijakan ini.
Sumber: Palinfo.com
Kedua, Israel bertujuan dengan gerbang elektronik itu untuk menjalankan agenda dan kepentingan yahudisasi dan menguatkan penguasaan terhadap masjid Al-Aqsha dan menaklukan umat Islam serta mengosongkan Masjid Al-Aqsha dari para pembelanya.
Ketiga, Israel ingin menguasai siapapun yang masuk ke Masjid Al-Aqsha dan membatasi jumlahnya.
Keempat, Israel ingin menerapkan pembagian waktu dan tempat di Al-Aqsha, dan gerbang elektronik akan memuluskan tujuan tersebut.
Kelima, Israel ingin menyamakan hak umat Islam dan (hak) kebatilan yahudi dan gerbang elektronik sarana paling mudah karena gerbang itu akan memudahkan penggerebekan warga Yahudi ke sana.
Keenam, Israel berusaha membangun citra dan kesan di mata dunia bahwa wewenang dan kedaulatan terhadap masjid Al-Aqsha dan memancing kemarahan umat Islam.
Ketujuh, Israel ingin melecehkan umat Islam karena harus mengantre panjang sebelum masuk Al-Aqsha.
Pasukan Israel melarang pada Jumat lalu (14/7) penunaikan shalat di masjid Al-Aqsha dan mengosongkannya dari jamaah shalat setelah tiga pemuda Palestina dari baldah Umm Fahm di Palestina 1948 menyrang polisi Israel di dekat gerbang Huttah. Dua polisi tewas dan tiga pelaku Palestina gugur syahid.
Setelah itu Israel mengeluarkan keputusan penutupan Kota Tua dan melarang shalat di masjid Al-Aqsha. Ini kali pertama sejak tahun 1969. Di sela-sela itu, warga yahudi menggerebek masjid Al-Aqsha sebelum akhirnya dibuka kembali sebagian pada Ahad (16/7) dengan memasang gerbang elektronik di Al-Aqsha. Sementara itu warga Palestina menolak kebijakan ini.
Sumber: Palinfo.com
0 Response to "Inilah 10 Alasan Mengapa Gerbang Elektrik Israel di Al-Aqsha Ditolak"
Post a Comment