Valley of The Wolves : Palestine.. Judul asli film ini sebenarnya ; Kurtlar Vadisi Filistin
Kapal MV Mavi Marmara menjadi terkenal ketika kapal yang pengangkut bantuan kemanusiaan untuk Palestina ini diserang pasukan Israel pada Mei 2010 silam. Tujuannya tak lain agar bantuan yang sudah dikumpulkan tidak bisa sampai untuk rakyat Palestina.
Tragedi penyerangan kapal MV Mavi Marmara, merupakan bagian dari gerakan “Gaza Freedom Flotilla” yang menyebabkan kemarahan dunia. Padahal keenam kapal yang diorganinasi oleh gerakan Free Gaza Movement dan the Turkish Foundation for Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) dari awal sudah menyatakan bahwa hanya membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Palestina, yang telah diblokade begitu lama dari dunia luar oleh zionis Israel, sehingga tidak bisa mendapat bantuan sama sekali dari dunia luar.
Jangankan berhasil mengantarkan misi kemanusiaan, keenam kapal yang gagal menembus blokade laut Israel di Gaza ini malah dipaksa kembali ke Turki. Sedangkan MV Mavi Marmara yang berisi 8 orang berkebangsaan Turki dan seorang Turki Amerika, menjadi bulan- bulanan senjata pasukan Israel.
Berangkat dari kejadian yang sempat menggegerkan dunia, Zubeyr Sasmaz sang sutradara, kini mengangkatnya ke layar kaca dan dikemas dengan judul Valley of the Wolves : Palestine (KURTLAR VADiSi FILISTIN) . Dalam film yang rilis 28 Januari 2011 ini, mengisahkan tentang sekelompok pasukan komando Turki yang dipimpin oleh Polat Alemdar (Necati Sasmaz) berhasil menyusup ke wilayah Israel, untuk memburu seseorang yang amat bertanggung jawab atas tragedi penyerbuan Flotilla, Mose Ben Eliyezer Erdal Besikçioglu.
Film dibuka dengan adegan pembunuhan di atas kapal Marmara Mavi
yang menyebabkan beberapa aktifis kemanusiaan Turki tewas di tembak prajurit Israel.
Film ini tentang 3 penembak jitu terlatih dari Turki yang datang ke Palestina untuk mencari orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian di atas kapal MV Mavi Marmara, Mose Ben Eliyezer.
Mereka adalah Polat Alemdar, Memati Baq dan Abdulhey Coban.
Dalam misi ini, mereka bekerja sama dengan Abdullah seorang warga teritori Palestina.
Akan tetapi dalam misi ini mereka terpaksa melibatkan seorang pemandu wisata Amerika keturunan Yahudi Simone yang akhirnya juga menjadi buron tentara Israel setelah insiden tembak menembak di pos pemeriksaan Israel.
Di awal cerita film ini, menurut saya, memang sedikit ‘berlebihan’. Saat Polat Alemdar dan rekannya hendak melintas di perbatasan, mereka dimintai paspor oleh penjaga perbatasan yaitu tentara Israel. Dahi sang tentara sedikit berkerut saat mengetahui, bahwa paspor mereka dikeluarkan oleh Pemerintah Turki.
Saat ditanya atas dasar apa ia datang ke Israel, Polat Alemdar dengan lantang dan tegas menjawab, bahwa ia bukan datang ke Israel, tapi ke Palestina.
Lalu, Polat Alemdar menjelaskan bahwa ia datang untuk membunuh Mose Ben Eliyezer. (disini sih, yg menurut saya agak berlebihan. idealnya, tim khusus untuk sebuah misi, biasanya gak akan blak-blakan. apalagi misinya memang benar2 untuk membunuh)
But, it’s okey -lah. gak mengurangi keseruan dari film ini. Lanjut yaaaa.
Nah, disini sudah terjadi perdebatan sengit. Bahwa Polat Alemdar dkk, dilarang masuk melalui pintu perbatasan ini. Selang beberapa dialog, baku hantam pun terjadi. Disinilah Simone secara tidak sengaja terlibat dalam aksi ini. Karena ia panik dan tak tahu harus berlindung kemana, ia mengikuti kemana langkah Polat Alemdar pergi.
Warga Palestina dalam film ini digambarkan bagai hidup dalam penjara terbuka dikungkung oleh tentara Israel. Batas suka,duka,hidup dan mati digambarkan saat Simone yang mulai akrab saat tinggal dengan keluarga Abdullah sesaat kemudian tentara Israel datang dan mengubah canda menjadi nestapa. Polisi penjaga otorita Palestina pun seakan tak berdaya saat Tentara Israel ingin menggeledah pemukiman warga.
Penggambaran Moshe dan pasukannya yang sangat kejam bahkan tanpa ampun membunuh warga sipil termasuk anak,orang cacat dan manula serta wanita. Moshe juga ditampilkan sebagai tentara terlatih yang tidak mudah dibunuh, ia sempat lolos meski kehilangan organ indranya. Mata moshe tertembak saat kelompoknya berusaha menggeledah rumah Abdullah. Karena Polat dkk berada di rumah tersebut.
Polat dkk melakukan aksi balasan. Polat dkk pun mampu menyusup ke pusat data Israel dan menghancurkan gedung tersebut. Namun ada satu komputer yang tidak ikut tertembak. Sehingga masih menyimpan rekaman peristiwa yg terekam oleh kamera pengintai di markas Israel. Dari sinilah, data Abdullah didapat.. (canggih yaaa) hiks
Pasca Moshe dirawat dan pulih. Moshe pun tetap mengerahkan pasukkannya untuk memburu Polat dkk. Mereka mendatangi rumah Abdullah. Semua anggota keluarga Abdullah pun ditawan. Simone yg tinggal sementara di rumah tersebut pun ikut menjadi tawanan. Disinilah anak lelaki Abdullah (Ahmed) yang lumpuh syahid. Karena tentara Israel menjatuhkan Ahmed dari kursi rodanya, sehingga Ahmed tidak mampu melarikan diri saat rumahnya di robohkan oleh tank Israel. Ibu Abdullah pun ikut tertembak. Abdullah sedih dan menangis mendengar berita ini.
Trus, ada satu adegan, yaitu Simone dan Moshe berdebat tentang Yahudi. Simone meyakini bahwa Yahudi sejati itu tidak diajarkan membunuh warga Palestina. Namun, Simone justru langsung dibawa ke Avi, atasannya Moshe (Avi ini udah tua lho, lemah gitu.. semacam penasihat spiritual-lah)
Simone dan Avi pun berdebat tentang Yahudi juga. Akhirnya, Simone pun akan di eksekusi alias di tembak mati. Namun, diselamatkan oleh Memati Baq.
Setelah itu, tugas pun dibagi. Memati Baq menuju penjara tawanan warga Palestina (disini pula tempat Simone ditawan). Abdulhey Coban men-setting bom waktu di helipad markas Israel. Sementara Polat Alemdar menuju tempat persembunyian Avi (masih inget kan Avi siapa? klo lupa, scroll lagi ke atas) :p
Avi mengetahui bahwa tempatnya sudah tidak aman. Saat hendak melarikan diri, dua pengawal Avi mampu dilumpuhkan oleh Polat Alemdar. Avi pun menyerah. Mereka berdua kembali ke ruangan Avi. Disinpun sempat terjadi negosiasi. Avi pun diminta segera menghubungi Moshe oleh Polat, agar Moshe tahu, bahwa Polat akan mengalahkannya sedikit lagi.
Kira2 begini dialog antara Avi dan Polat Alemdar :
Avi : “Apa yang kamu inginkan? akan aku wujudkan?”
Polat : “Kamu mencoba bernegosiasi denganku?”
Avi : (*mengangguk) “aku bisa mewujudkan apapun permintaanmu.” —>
sombongnyaaah…
Polat : “kalau begitu, aku mitna kamu mengembalikan orang-orang Palestina
yang kamu bunuh. —-> lebok tah…
Avi : “itu tidak masuk akal. Bagaimana kalau kita berdamai saja?” —-> masih
usaha, ketauan banget takut mati.
Polat : “Permintaanku sederhana, aku hanya ingin membunuh mu dan
membunuh Moshe. Lalu aku akan pergi dengan damai.” —-> see..??
aumutsyahiid…!!!
saat negosiasi pun, Memati Baq datang bersama Simone.
Nah, trus… mereka berempat punke helipad disana mereka akan bertemu Moshe.
unpredictable…!!! ternyata Moshe pun menculik (namanya lupaaa) kaya kyai gitu lah utk wilayah situ. Akhirnya sih nanti tukeran tawanan gitu.. tapi ada yg seru.. mau tau apa..? Lanjut yaa..
disinipun terjadi dialog antara Polat dan Moshe. Intinya Moshe ngungkit2 tentang Tanah yang Dijanjikan
tapi dengan yakin dan tenang polat menjawab :
“Aku tak tahu, bagian mana dari Tanah ini yang dijanjikan untukmu. Tapi aku akan menjanjikan untukmu, 6 meter dibawah tanah!” ——> Dhuuuaaarr… Polat Alemdar-nya ganteng banget euy…. Kereeenn… Rambonya Truki lah.. aheeii…
Akhirnya, pertukaran tawanan pun terjadi. Lalu, Polat dkk, Simone dan sang kyai tadi pun pergi meninggalkan markas. Helikopter Polat dkk sudah tidak menjejak tanah beberapa jarak. Saat Moshe memerintahkan anak buahnya untuk membawa masuk Avi ke markas, helikopter2 yang lagi parkir pun meladak bergantian. (ada yg tau kenapa? masih inget kan tadi Abdulhey Coban dapet tugas apa? NAH..!!! Itulah…)
Lalu Avi pun, mati.. meskipun Moshe masih hidup… Arrgghh…
sekarang kita masuk ke bagian ending.
setelah meninggalkan markas, polat dkk menuju ke gudang senjata Israel. Disana mereka membawa senjata2 Israel yg canggih.. berseteru dengan para penjaga juga tentunya.
Perang pun terjadi. Saat baku tembak, Abdullah pun menjumpai ajalnya. Syahid. Sebelumnya ia berhasil menembak ajudannya Moshe. Abdullah tertembak karena tangan ajudan Moshe refleks mengenai pelatuk senapannya.
Di tengah cerita tadi, masih inget kan Moshe matanya ketembak sebelah (kiri). Di akhir ceritapun, Moshe kehilangan kedua matanya. Peluru yang ditembakkan Polat Alemdar tepat bersarang di mata Moshe yang satunya lagi (kanan). Moshe pun mati…
Kapal MV Mavi Marmara menjadi terkenal ketika kapal yang pengangkut bantuan kemanusiaan untuk Palestina ini diserang pasukan Israel pada Mei 2010 silam. Tujuannya tak lain agar bantuan yang sudah dikumpulkan tidak bisa sampai untuk rakyat Palestina.
Tragedi penyerangan kapal MV Mavi Marmara, merupakan bagian dari gerakan “Gaza Freedom Flotilla” yang menyebabkan kemarahan dunia. Padahal keenam kapal yang diorganinasi oleh gerakan Free Gaza Movement dan the Turkish Foundation for Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) dari awal sudah menyatakan bahwa hanya membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Palestina, yang telah diblokade begitu lama dari dunia luar oleh zionis Israel, sehingga tidak bisa mendapat bantuan sama sekali dari dunia luar.
Jangankan berhasil mengantarkan misi kemanusiaan, keenam kapal yang gagal menembus blokade laut Israel di Gaza ini malah dipaksa kembali ke Turki. Sedangkan MV Mavi Marmara yang berisi 8 orang berkebangsaan Turki dan seorang Turki Amerika, menjadi bulan- bulanan senjata pasukan Israel.
Berangkat dari kejadian yang sempat menggegerkan dunia, Zubeyr Sasmaz sang sutradara, kini mengangkatnya ke layar kaca dan dikemas dengan judul Valley of the Wolves : Palestine (KURTLAR VADiSi FILISTIN) . Dalam film yang rilis 28 Januari 2011 ini, mengisahkan tentang sekelompok pasukan komando Turki yang dipimpin oleh Polat Alemdar (Necati Sasmaz) berhasil menyusup ke wilayah Israel, untuk memburu seseorang yang amat bertanggung jawab atas tragedi penyerbuan Flotilla, Mose Ben Eliyezer Erdal Besikçioglu.
Film dibuka dengan adegan pembunuhan di atas kapal Marmara Mavi
yang menyebabkan beberapa aktifis kemanusiaan Turki tewas di tembak prajurit Israel.
Film ini tentang 3 penembak jitu terlatih dari Turki yang datang ke Palestina untuk mencari orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian di atas kapal MV Mavi Marmara, Mose Ben Eliyezer.
Mereka adalah Polat Alemdar, Memati Baq dan Abdulhey Coban.
Dalam misi ini, mereka bekerja sama dengan Abdullah seorang warga teritori Palestina.
Akan tetapi dalam misi ini mereka terpaksa melibatkan seorang pemandu wisata Amerika keturunan Yahudi Simone yang akhirnya juga menjadi buron tentara Israel setelah insiden tembak menembak di pos pemeriksaan Israel.
Di awal cerita film ini, menurut saya, memang sedikit ‘berlebihan’. Saat Polat Alemdar dan rekannya hendak melintas di perbatasan, mereka dimintai paspor oleh penjaga perbatasan yaitu tentara Israel. Dahi sang tentara sedikit berkerut saat mengetahui, bahwa paspor mereka dikeluarkan oleh Pemerintah Turki.
Saat ditanya atas dasar apa ia datang ke Israel, Polat Alemdar dengan lantang dan tegas menjawab, bahwa ia bukan datang ke Israel, tapi ke Palestina.
Lalu, Polat Alemdar menjelaskan bahwa ia datang untuk membunuh Mose Ben Eliyezer. (disini sih, yg menurut saya agak berlebihan. idealnya, tim khusus untuk sebuah misi, biasanya gak akan blak-blakan. apalagi misinya memang benar2 untuk membunuh)
But, it’s okey -lah. gak mengurangi keseruan dari film ini. Lanjut yaaaa.
Nah, disini sudah terjadi perdebatan sengit. Bahwa Polat Alemdar dkk, dilarang masuk melalui pintu perbatasan ini. Selang beberapa dialog, baku hantam pun terjadi. Disinilah Simone secara tidak sengaja terlibat dalam aksi ini. Karena ia panik dan tak tahu harus berlindung kemana, ia mengikuti kemana langkah Polat Alemdar pergi.
Warga Palestina dalam film ini digambarkan bagai hidup dalam penjara terbuka dikungkung oleh tentara Israel. Batas suka,duka,hidup dan mati digambarkan saat Simone yang mulai akrab saat tinggal dengan keluarga Abdullah sesaat kemudian tentara Israel datang dan mengubah canda menjadi nestapa. Polisi penjaga otorita Palestina pun seakan tak berdaya saat Tentara Israel ingin menggeledah pemukiman warga.
Penggambaran Moshe dan pasukannya yang sangat kejam bahkan tanpa ampun membunuh warga sipil termasuk anak,orang cacat dan manula serta wanita. Moshe juga ditampilkan sebagai tentara terlatih yang tidak mudah dibunuh, ia sempat lolos meski kehilangan organ indranya. Mata moshe tertembak saat kelompoknya berusaha menggeledah rumah Abdullah. Karena Polat dkk berada di rumah tersebut.
Polat dkk melakukan aksi balasan. Polat dkk pun mampu menyusup ke pusat data Israel dan menghancurkan gedung tersebut. Namun ada satu komputer yang tidak ikut tertembak. Sehingga masih menyimpan rekaman peristiwa yg terekam oleh kamera pengintai di markas Israel. Dari sinilah, data Abdullah didapat.. (canggih yaaa) hiks
Pasca Moshe dirawat dan pulih. Moshe pun tetap mengerahkan pasukkannya untuk memburu Polat dkk. Mereka mendatangi rumah Abdullah. Semua anggota keluarga Abdullah pun ditawan. Simone yg tinggal sementara di rumah tersebut pun ikut menjadi tawanan. Disinilah anak lelaki Abdullah (Ahmed) yang lumpuh syahid. Karena tentara Israel menjatuhkan Ahmed dari kursi rodanya, sehingga Ahmed tidak mampu melarikan diri saat rumahnya di robohkan oleh tank Israel. Ibu Abdullah pun ikut tertembak. Abdullah sedih dan menangis mendengar berita ini.
Trus, ada satu adegan, yaitu Simone dan Moshe berdebat tentang Yahudi. Simone meyakini bahwa Yahudi sejati itu tidak diajarkan membunuh warga Palestina. Namun, Simone justru langsung dibawa ke Avi, atasannya Moshe (Avi ini udah tua lho, lemah gitu.. semacam penasihat spiritual-lah)
Simone dan Avi pun berdebat tentang Yahudi juga. Akhirnya, Simone pun akan di eksekusi alias di tembak mati. Namun, diselamatkan oleh Memati Baq.
Setelah itu, tugas pun dibagi. Memati Baq menuju penjara tawanan warga Palestina (disini pula tempat Simone ditawan). Abdulhey Coban men-setting bom waktu di helipad markas Israel. Sementara Polat Alemdar menuju tempat persembunyian Avi (masih inget kan Avi siapa? klo lupa, scroll lagi ke atas) :p
Avi mengetahui bahwa tempatnya sudah tidak aman. Saat hendak melarikan diri, dua pengawal Avi mampu dilumpuhkan oleh Polat Alemdar. Avi pun menyerah. Mereka berdua kembali ke ruangan Avi. Disinpun sempat terjadi negosiasi. Avi pun diminta segera menghubungi Moshe oleh Polat, agar Moshe tahu, bahwa Polat akan mengalahkannya sedikit lagi.
Kira2 begini dialog antara Avi dan Polat Alemdar :
Avi : “Apa yang kamu inginkan? akan aku wujudkan?”
Polat : “Kamu mencoba bernegosiasi denganku?”
Avi : (*mengangguk) “aku bisa mewujudkan apapun permintaanmu.” —>
sombongnyaaah…
Polat : “kalau begitu, aku mitna kamu mengembalikan orang-orang Palestina
yang kamu bunuh. —-> lebok tah…
Avi : “itu tidak masuk akal. Bagaimana kalau kita berdamai saja?” —-> masih
usaha, ketauan banget takut mati.
Polat : “Permintaanku sederhana, aku hanya ingin membunuh mu dan
membunuh Moshe. Lalu aku akan pergi dengan damai.” —-> see..??
aumutsyahiid…!!!
saat negosiasi pun, Memati Baq datang bersama Simone.
Nah, trus… mereka berempat punke helipad disana mereka akan bertemu Moshe.
unpredictable…!!! ternyata Moshe pun menculik (namanya lupaaa) kaya kyai gitu lah utk wilayah situ. Akhirnya sih nanti tukeran tawanan gitu.. tapi ada yg seru.. mau tau apa..? Lanjut yaa..
disinipun terjadi dialog antara Polat dan Moshe. Intinya Moshe ngungkit2 tentang Tanah yang Dijanjikan
tapi dengan yakin dan tenang polat menjawab :
“Aku tak tahu, bagian mana dari Tanah ini yang dijanjikan untukmu. Tapi aku akan menjanjikan untukmu, 6 meter dibawah tanah!” ——> Dhuuuaaarr… Polat Alemdar-nya ganteng banget euy…. Kereeenn… Rambonya Truki lah.. aheeii…
Akhirnya, pertukaran tawanan pun terjadi. Lalu, Polat dkk, Simone dan sang kyai tadi pun pergi meninggalkan markas. Helikopter Polat dkk sudah tidak menjejak tanah beberapa jarak. Saat Moshe memerintahkan anak buahnya untuk membawa masuk Avi ke markas, helikopter2 yang lagi parkir pun meladak bergantian. (ada yg tau kenapa? masih inget kan tadi Abdulhey Coban dapet tugas apa? NAH..!!! Itulah…)
Lalu Avi pun, mati.. meskipun Moshe masih hidup… Arrgghh…
sekarang kita masuk ke bagian ending.
setelah meninggalkan markas, polat dkk menuju ke gudang senjata Israel. Disana mereka membawa senjata2 Israel yg canggih.. berseteru dengan para penjaga juga tentunya.
Perang pun terjadi. Saat baku tembak, Abdullah pun menjumpai ajalnya. Syahid. Sebelumnya ia berhasil menembak ajudannya Moshe. Abdullah tertembak karena tangan ajudan Moshe refleks mengenai pelatuk senapannya.
Di tengah cerita tadi, masih inget kan Moshe matanya ketembak sebelah (kiri). Di akhir ceritapun, Moshe kehilangan kedua matanya. Peluru yang ditembakkan Polat Alemdar tepat bersarang di mata Moshe yang satunya lagi (kanan). Moshe pun mati…
0 Response to "Film Turki “Valley of the Wolves: Palestine” Film Fenomenal Yang Membuat Israel Berang"
Post a Comment