Investigasi awal mengkonfirmasi kantor berita Qatar
diretas sengan pernyataan palsu dikaitkan dengan pemerintah negara itu
dipublikasikan yang membantu memicu pertikaian dengan Negara Teluk
lainnya, jelas Kementerian Luar Negeri Qatar kemarin.
Sebelumnya, beberapa Negara Arab memutuskan hubungan dengan Doha pada Senin lalu sebagian karena komentar yang dipublikasikan di situs web Qatar News Agency (QNA) pada 23 Mei 2017.
Artikel seolah mengutip pemerintah Qatar, Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang menentang konfrontasi dengan Iran, selain mempertahankan Hamas dan Hizbullah.
“Kementerian mengatakan, tim penyidik mengkonfirmasi proses invasi menggunakan teknik tingkat tinggi dan metode inovatif dengan mengeksploitasi celah elektronik di situs web Kantor Berita Qatar,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Ia tidak menyebut pihak yang melakukan serangan itu. Pejabat Amerika Serikat dan Eropa mengatakan, meskipun lembaga pemerintah AS dan ahli yakin kantor berita dan twitter pemerintah Qatar diserang, mereka belum dapat memastikan pihak yang melakukannya.
Namun dipercayai, perang diplomatik yang meluas awalnya tak lepas dari ulah hacker. Emir Qatar menegaskan, kantor berita itu diretas hacker dan berita yang muncul adalah berita palsu atau fake news.
“Kampanye media (melawan Qatar) gagal meyakinkan opini publik di wilayah ini dan di negara-negara Teluk khususnya, yang menjadi sebab terus meningkatnya ketegangan,” kata kementerian luar negeri Qatar dalam sebuah pernyataan.
Meski demikian Saudi dan para sekutu Arab-nya terlanjur marah. Sebagian dari mereka membalas dengan melarang media ternama Qatar, Aljazeera. Alasannya, media itu dianggap melakukan hasutan di kawasan Timur Tengah.
Laporan CNN mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya memberikan briefing tentang penyelidikan mengatakan, hacker Rusia diduga melakukannya. Moskow, bagaimanapun berkata, ia laporan palsu, tulis Reuters. (Hidayatullah.com)
Sebelumnya, beberapa Negara Arab memutuskan hubungan dengan Doha pada Senin lalu sebagian karena komentar yang dipublikasikan di situs web Qatar News Agency (QNA) pada 23 Mei 2017.
Artikel seolah mengutip pemerintah Qatar, Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang menentang konfrontasi dengan Iran, selain mempertahankan Hamas dan Hizbullah.
“Kementerian mengatakan, tim penyidik mengkonfirmasi proses invasi menggunakan teknik tingkat tinggi dan metode inovatif dengan mengeksploitasi celah elektronik di situs web Kantor Berita Qatar,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Ia tidak menyebut pihak yang melakukan serangan itu. Pejabat Amerika Serikat dan Eropa mengatakan, meskipun lembaga pemerintah AS dan ahli yakin kantor berita dan twitter pemerintah Qatar diserang, mereka belum dapat memastikan pihak yang melakukannya.
Namun dipercayai, perang diplomatik yang meluas awalnya tak lepas dari ulah hacker. Emir Qatar menegaskan, kantor berita itu diretas hacker dan berita yang muncul adalah berita palsu atau fake news.
Qatar mengatakan telah terjadi “suatu kampanye hasutan berdasarkan tuduhan yang sepenuhnya merupakan rekayasa.”
“Kampanye media (melawan Qatar) gagal meyakinkan opini publik di wilayah ini dan di negara-negara Teluk khususnya, yang menjadi sebab terus meningkatnya ketegangan,” kata kementerian luar negeri Qatar dalam sebuah pernyataan.
Meski demikian Saudi dan para sekutu Arab-nya terlanjur marah. Sebagian dari mereka membalas dengan melarang media ternama Qatar, Aljazeera. Alasannya, media itu dianggap melakukan hasutan di kawasan Timur Tengah.
Laporan CNN mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya memberikan briefing tentang penyelidikan mengatakan, hacker Rusia diduga melakukannya. Moskow, bagaimanapun berkata, ia laporan palsu, tulis Reuters. (Hidayatullah.com)
0 Response to "Serangan Hacker Kantor Berita Qatar Dinilai Awal Mula Krisis Diplomasi"
Post a Comment