Penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan seusai shubuh pada 11 April 2017 sebetulnya kasus kriminal biasa. Tetapi menjadi “luar biasa” karena serangan yang merusak kedua mata dan rongga pernafasan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu merupakan teror kepada mereka yang berusaha melawan korupsi.
Novel memimpin penyelidikan berbagai kasus korupsi kelas kakap, antara lain korupsi pengadaan simulator uji surat izin mengemudi di Korps Lalu Lintas Polri, kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, kasus suap pemilihan Deputy Gubernur Senior Bank Indonesia, dan korupsi Wisma Atlet Hambalang, dan yang sedang panas saat ini: Kasus korupsi e-KTP.
Sesaat setelah penyeragan, Novel mengaku telah menelepon Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Saat itu, Kapolri berjanji akan mengusut kasus tersebut secepatnya. Namun demikian, Tito Karnavian mengatakan pihaknya tak akan menyampaikan lebih dulu identitas pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Alasannya, kasus ini bersifat sensitif.
“Kita tak akan sampaikan dulu identitas pelaku supaya pelaku tak kabur,” ucap Tito saat meresmikan ruang Command Center Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Rabu, 12 April 2017 lalu.
Saat menyambangi Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu (7/6/2017) Wakapolri Komjen Pol Syafruddin pun tak bisa berkata banyak saat ditanya perihal lambannya penanganan kasus tersebut. “Biar Polda Metro saja yang menjelaskan,” ujar Syafruddin.
Begitu juga saat dikonfirmasi terkait temuan CCTV yang menunjukkan adanya sepeda motor milik anggota kepolisian di tempat kejadian, Syafruddin seperti menghindar. “Belum. Belum sampai ke sana. Nanti, nanti saja, nanti. Nanti pasti terungkap,” kata dia.
Namun, hingga memasuki lebih dari dua bulan ini, kepolisian juga tak kunjung mengumumkan titik terang kasus ini. Publik tentu merasa janggal mengingat kasus ini bukanlah jenis tindak kriminal yang rumit.
Tentu saja, lambatnya pengungkapan kasus Novel akan menjadi pertaruhan bagi pihak kepolisian. Sebab untuk beberapa kasus yang bahkan tergolong sukar, polisi mampu cepat mengungkapnya.
Lambatnya penanganan kasus Novel juga bisa membahayakan citra kepolisian. Sebab, dapat memunculkan kecurigaan soal objektivitas polisi dalam menangani kasus Novel mengingat sejarah gesekan antara kepolisian versus KPK, utamanya dengan Novel Baswedan, telah membuat hubungan kedua lembaga penegak hukum ini ‘panas dingin’.
Di samping itu, kelambanan polisi dalam mengungkap kasus Novel juga cukup aneh. Apalagi Kapolri Tito dikenal jago memburu teroris, serta Kapolda Metro Jaya Mochamad Iriawan yang terkenal sebagai reserse andal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto menyatakan, kasus ini tetap ditangani Polda Metro Jaya, kendati sudah lebih dari dua bulan belum berhasil. Dikatakannya, pejabat Mabes Polri akan diturunkan untuk memandu dan membantu penyidik Polda Metro Jaya, agar pelaku serangan terhadap Novel cepat terungkap.
Sebenarnya, kasus ini secara teknis, bukan kasus pelik. Seperti dikatakan Novel sendiri, kasusnya itu sebenarnya mudah diungkap jika ada kemauan dari polisi. Menurutnya, kejahatan yang menimpanya bukan terjadi di tempat yang sepi, saksinya banyak, buktinya juga banyak.
“Menurut saya, sepekan saja sudah bisa diungkap. Ini terlalu lama. Saya kasihan kepada polisi, kualitas mereka jelek sekali. Tidak hanya kasihan kepada polisi, saya juga kasihan kepada rakyat Indonesia punya penegak hukum yang kualitasnya buruk,” tegas Novel.
Sementara dalam mengungkap beberapa kasus besar, polisi dengan segera dapat menangkap pelakunya. Kejahatan yang besar dan gelap sekalipun berhasil dibongkar dalam waktu tidak terlalu lama, seperti kasus terorisme atau narkoba.
Berikut sejumlah kasus besar yang menyita perhatian publik yang berhasil diungkap kepolisian:
Ada Jenderal Polisi yang Terlibat?
Di tengah teka-teki yang menyelimuti publik tentang siapa pelaku penyiraman, tiba-tiba Novel dalam wawancaranya mengemukakan pernyataan yang mengejutkan.
“Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian terlibat. Awalnya saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun kini, sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tidak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar,” kata Novel.
Menanggapi hal itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan membantah. “Nggak ada itu,” katanya.
Sementara Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan pihaknya belum mengetahui informasi itu. Menurutnya, sebaiknya Novel memberikan informasi tersebut ke penyidik Polri untuk didalami. “Tolong dituangkan di dalam BAP. Karena kalau tidak percuma saja, tidak ada nilainya di mata hukum,” ujar Setyo.
Kini, publik berharap kasus Novel segera dapat menemukan titik terang. Untuk itu, polisi dituntut lebih profesional dan serius untuk mengungkap kasus ini. Kasus Novel tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Mendiamkan perkara ini akan membenarkan tudingan bahwa polisi terlibat dalam kekerasan tersebut. Jika itu terjadi, maka wajah polisi akan tercoreng.
Sumber: Nusantara.news
Novel memimpin penyelidikan berbagai kasus korupsi kelas kakap, antara lain korupsi pengadaan simulator uji surat izin mengemudi di Korps Lalu Lintas Polri, kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, kasus suap pemilihan Deputy Gubernur Senior Bank Indonesia, dan korupsi Wisma Atlet Hambalang, dan yang sedang panas saat ini: Kasus korupsi e-KTP.
Sesaat setelah penyeragan, Novel mengaku telah menelepon Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Saat itu, Kapolri berjanji akan mengusut kasus tersebut secepatnya. Namun demikian, Tito Karnavian mengatakan pihaknya tak akan menyampaikan lebih dulu identitas pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Alasannya, kasus ini bersifat sensitif.
“Kita tak akan sampaikan dulu identitas pelaku supaya pelaku tak kabur,” ucap Tito saat meresmikan ruang Command Center Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Rabu, 12 April 2017 lalu.
Saat menyambangi Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu (7/6/2017) Wakapolri Komjen Pol Syafruddin pun tak bisa berkata banyak saat ditanya perihal lambannya penanganan kasus tersebut. “Biar Polda Metro saja yang menjelaskan,” ujar Syafruddin.
Begitu juga saat dikonfirmasi terkait temuan CCTV yang menunjukkan adanya sepeda motor milik anggota kepolisian di tempat kejadian, Syafruddin seperti menghindar. “Belum. Belum sampai ke sana. Nanti, nanti saja, nanti. Nanti pasti terungkap,” kata dia.
Namun, hingga memasuki lebih dari dua bulan ini, kepolisian juga tak kunjung mengumumkan titik terang kasus ini. Publik tentu merasa janggal mengingat kasus ini bukanlah jenis tindak kriminal yang rumit.
Tentu saja, lambatnya pengungkapan kasus Novel akan menjadi pertaruhan bagi pihak kepolisian. Sebab untuk beberapa kasus yang bahkan tergolong sukar, polisi mampu cepat mengungkapnya.
Lambatnya penanganan kasus Novel juga bisa membahayakan citra kepolisian. Sebab, dapat memunculkan kecurigaan soal objektivitas polisi dalam menangani kasus Novel mengingat sejarah gesekan antara kepolisian versus KPK, utamanya dengan Novel Baswedan, telah membuat hubungan kedua lembaga penegak hukum ini ‘panas dingin’.
Di samping itu, kelambanan polisi dalam mengungkap kasus Novel juga cukup aneh. Apalagi Kapolri Tito dikenal jago memburu teroris, serta Kapolda Metro Jaya Mochamad Iriawan yang terkenal sebagai reserse andal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto menyatakan, kasus ini tetap ditangani Polda Metro Jaya, kendati sudah lebih dari dua bulan belum berhasil. Dikatakannya, pejabat Mabes Polri akan diturunkan untuk memandu dan membantu penyidik Polda Metro Jaya, agar pelaku serangan terhadap Novel cepat terungkap.
Sebenarnya, kasus ini secara teknis, bukan kasus pelik. Seperti dikatakan Novel sendiri, kasusnya itu sebenarnya mudah diungkap jika ada kemauan dari polisi. Menurutnya, kejahatan yang menimpanya bukan terjadi di tempat yang sepi, saksinya banyak, buktinya juga banyak.
“Menurut saya, sepekan saja sudah bisa diungkap. Ini terlalu lama. Saya kasihan kepada polisi, kualitas mereka jelek sekali. Tidak hanya kasihan kepada polisi, saya juga kasihan kepada rakyat Indonesia punya penegak hukum yang kualitasnya buruk,” tegas Novel.
Sementara dalam mengungkap beberapa kasus besar, polisi dengan segera dapat menangkap pelakunya. Kejahatan yang besar dan gelap sekalipun berhasil dibongkar dalam waktu tidak terlalu lama, seperti kasus terorisme atau narkoba.
Berikut sejumlah kasus besar yang menyita perhatian publik yang berhasil diungkap kepolisian:
Ada Jenderal Polisi yang Terlibat?
Di tengah teka-teki yang menyelimuti publik tentang siapa pelaku penyiraman, tiba-tiba Novel dalam wawancaranya mengemukakan pernyataan yang mengejutkan.
“Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian terlibat. Awalnya saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun kini, sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tidak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar,” kata Novel.
Menanggapi hal itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan membantah. “Nggak ada itu,” katanya.
Sementara Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan pihaknya belum mengetahui informasi itu. Menurutnya, sebaiknya Novel memberikan informasi tersebut ke penyidik Polri untuk didalami. “Tolong dituangkan di dalam BAP. Karena kalau tidak percuma saja, tidak ada nilainya di mata hukum,” ujar Setyo.
Kini, publik berharap kasus Novel segera dapat menemukan titik terang. Untuk itu, polisi dituntut lebih profesional dan serius untuk mengungkap kasus ini. Kasus Novel tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Mendiamkan perkara ini akan membenarkan tudingan bahwa polisi terlibat dalam kekerasan tersebut. Jika itu terjadi, maka wajah polisi akan tercoreng.
Sumber: Nusantara.news
0 Response to "Penyerangan Novel Baswedan, Kasus Mudah yang tak Kunjung Terungkap"
Post a Comment