Papua Nugini
negara yang berada di belahan timur pulau Papua memiliki sejarah
perkembangan Islam yang boleh disebut masih belia dibandingkan dengan
Indonesia. Di negara dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen ini,
berdiri sebuah masjid pertama yang dibangun dengan dari Muslim
Indonesia. Masjid dengan atap limas tapi dilengkapi kubah besar
diatasnya. Masjid yang awalnya bernama Port Moresby Central Muslim dan kini menjadi markas dari Islamic Society of Papua New Guinea (ISPNG) dan biasa disebut sebagai Masjid Hohola.
ISPNG merupakan Islamic Center pertama kali berdiri di PNG pada bulan April 1982 dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah PNG tahun 1983. Dengan bantuan dari Indonesia, Malaysia dan Kerajaan Saudi Arabia. Dan Alhamdulillah di tahun 1996 sudah ada 3 lagi Islamic center yang berdiri di Papua Nugini atas bantuan dari Muslim World League. Kini sudah ada tujuh Islamic center di seantero Papua Nugini.
Saat ini ada sekitar 4000 muslim di seluruh Papua Nugini dan sebagian dari mereka merupakan para mualaf yang berIslam di beberapa tahun belakangan ini. Gerakan dakwah Islam di terus mensyiarkan Islam di negeri yang terletak di sisi timur pulau papua tersebut. Islam terlihat sangat berkembang di ibukota negara tersebut justru di kawasan yang dikenal merupakan kantung kaum berada-nya kota Port Moresby di kawasan Baimuru, Daru, Marshall Lagoon, the Musa Valley and in the islands of New Britain dan New Ireland.
Khalid, Imam asli Papua Nugini yang mendapatkan pelatihan di Malaysia memaknai Islam dengan sederhana. “Menjalankan Islam itu jauh lebih mudah dibandingkan dengan agama agama lain. Dalam islam anda menjadi pendeta bagi diri anda sendiri. anda belajar bagaimana melaksanakan ibadah sholat. Tuhan tidak hanya di dalam masjid, Tuhan ada dimana mana. Jadi kalaupun tidak dapat datang ke masjid untuk sholat, anda dapat sholat dimanapun ; dibawah pohon, di rumah, dimanapun”.
Papua Nugini baru mengenal Islam di awal tahun 1980-an dan kini sudah ada sekitar 4000 jiwa muslim disana. Salah satu laporan menyebutkan bahwa ada satu desa yang seluruh penduduknya masuk Islam disaat yang bersamaan.
20-30 tahun lagi seluruh Papua Nugini akan ber-Islam
“Masjid di pusat kota Port Moresby
sudah pernah menjadi sasaran Bom, bekas lubang peluru masih berbekas di
jendela masjid. Salah satu menteri dari pemerintahan PNG bahkan pernah
mengatakan bahwa Islam itui berbahaya dan merupakan ancaman serius bagi
perdamaian dan persatuan PNG”.
Pada tahun 1987 Muslim World League (Rabita al-Alam al-Islami) yang berkedudukan di Saudi Arabia bekerjasama dengan umat Islam yang berada di PNG telah mengontrak sebuah rumah dan mengubahnya menjadi tempat beribadat umat Islam yang berlokasi di Lot 4 Sect 63 Queensclife, Korobosea, National Capital District dengan daya tampung sebanyak 50 orang.
Dengan semakin banyaknya warga negara asing yang beragama Islam bekerja di PNG, khususnya di Port Moresby maka jumlah umat Islam semakin bertambah sehingga daya muat tempat beribadat tersebut tidak memadai lagi. Apalagi yang melakukan sembahyang Idul Fitri atau Idul Qurban, tempat beribadah dialihkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Port Moresby yang mempunyai halaman cukup luas untuk menampung umat Islam melakukan sembahyang Idul Fitri dan Idul Qurban.
Atas permohonan dari umat Islam di PNG,pada tahun 1992 pemerintah PNG telah menghibahkan sebidang tanah dengan luas 3,500 meter persegi yang berlokasi di Lot 1R 2 Sect. 138, Malas Street, Hohola, NationaI Capital District (diluar kantor komplek KBRI) yang direncanakan akan dipergunakan untuk membangun masjid pertama di PNG. Namun keinginan untuk membangun masjid tersebut tidak dapat dilaksanakan secepatnya dikarenakan dana yang sangat tidak mencukupi.
Pada tahun 1996 Duta Besar RI untuk Papua Nugini di Port Moresby mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila untuk membangunkan masjid diatas tanah yang telah disediakan tersebut. Pada tahun yang sama Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila mengabulkan permohonan tersebut dengan mentranfer dana senilai US$, 100.000,00 (Seratus ribu US Dolar - nilai tukar dolar sebesar Rp. 2.394,-) ke KBRI Port Moresby yang selanjutnya diserahkan kepada Pengurus Port Moresby Islamic Centre.
Pada tahun 1999 Duta Besar RI di Port Moresby melakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid, dan baru pada tahun 2001 pembangunan masjid dapat selesai dikerjakan dan diresmikan oleh Duta Besar RI di Port Moresby yang mewakili Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, High Commissioner Malaysia di Port Moresby yang mewakili Maybank Malaysia dan Imam Mikail Abdul Aziz yang mewakili Muslim World Legaue Saudi Arabia.
Masjid yang diberi nama "Port Moresby
Central Muslim" tersebut mempunyai luas bangunan 1.000 meter persegi
dengan kapasitas 1.000 orang jama'ah. Masjid tersebut juga dilengkapi
pula dengan peralatan sound system, karpet tebal dan kipas angin yang
dipasang secara permanen serta tempat mengambi1 air wudhu.
Selain untuk sholat, masjid Port Moresby Central juga digunakan pula untuk kegiatan ibadah lainnya seperti kegiatan mengaji dan pengajian serta pesantren kilat yang diadakan 2 kali dalam satu tahun. Sejak berdirinya masjid Port Moresby Central Muslim tersebut, telah terjaring sebanyak 200 orang warga negara PNG yang masuk agama Islam.
Kepengurusan masjid Port Moresby Central Muslim tersebut terdiri dari:
Imam : Mikail Abdul Aziz (WN Nigeria)
Masjid Islamic Society of Papua New Guinea (ISPNG) merupakan salah satu masjid yang dibangun dengan dana bantuan dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP). Dan Masjid ISPNG di Port Moresby – Papua Nugini
ini merupakan salah satu dari dua masjid yang dibangun oleh YAMP diluar
negeri. jadi wajar bila arsitektur masjid inipun sangat Indonesia.
Masjid yang lain yang didanai pembangunannya oleh YAMP di luar negeri
adalah Masjid Al-Hikmah di New York City yang juga sudah pernah di
posting di blog ini. Masjid ISPNG yang berlokasi di kawasan Hohola Port Moresby tersebut, menjadi masjid pertama yang dibangun di negara Papua Nugini dan menjadi pusat pengembangan Islam di salah satu negara di kawasan oceania dan Pasifik tersebut.
Alamat dan lokasi masjid ISPNG
Islamic Society of Papua New Guinea Inc.
P.O Box 5107, Boroko, NCD, Port Moresby
Papua New Guinea. Phone: 675-3259882
Islam di Papua Nugini
Berdasarkan catatan Islamic Society of Papua New Guinea Inc. (ISPNG), orang pertama yang masuk Islam di tanah Papua Nugini adalah Sadiiq Sandbach warga Skotlandia yang kemudian menjadi warga negara Papua Nugini, yang berislam di bulan Oktober 1982. sedangkan warga asli Papua Nugini
yang pertama kali masuk Islam adalah Alexander (Bilal) Dawia yang
bersahadat pada tanggal 18 Februari 1986. di ikuti kemudian oleh
sejumlah warga asli yang masuk Islam dan Islam kini terus tumbuh di PNG.
ISPNG sendiri kini sudah membuka empat kantor cabang di seantero Papua Nugini.
Penduduk pulau papua yang kini menjadi Negara Papua Nugini (Papua New Guinea)
dan Propinsi Papua bagian dari Republik Indonesia, sudah melakukan
hubungan pedagangan dengan Emperium China dan Melayu dan kemudian juga
berinteraksi dengan Islam di awal abad ke 16.
Masjid Port Moresby dari sisi jalan raya (Foto dari ßurak di Panoramio) |
ISPNG merupakan Islamic Center pertama kali berdiri di PNG pada bulan April 1982 dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah PNG tahun 1983. Dengan bantuan dari Indonesia, Malaysia dan Kerajaan Saudi Arabia. Dan Alhamdulillah di tahun 1996 sudah ada 3 lagi Islamic center yang berdiri di Papua Nugini atas bantuan dari Muslim World League. Kini sudah ada tujuh Islamic center di seantero Papua Nugini.
Islam memiliki kesamaan dengan akar budaya PNG
Saat ini ada sekitar 4000 muslim di seluruh Papua Nugini dan sebagian dari mereka merupakan para mualaf yang berIslam di beberapa tahun belakangan ini. Gerakan dakwah Islam di terus mensyiarkan Islam di negeri yang terletak di sisi timur pulau papua tersebut. Islam terlihat sangat berkembang di ibukota negara tersebut justru di kawasan yang dikenal merupakan kantung kaum berada-nya kota Port Moresby di kawasan Baimuru, Daru, Marshall Lagoon, the Musa Valley and in the islands of New Britain dan New Ireland.
Khalid, Imam asli Papua Nugini yang mendapatkan pelatihan di Malaysia memaknai Islam dengan sederhana. “Menjalankan Islam itu jauh lebih mudah dibandingkan dengan agama agama lain. Dalam islam anda menjadi pendeta bagi diri anda sendiri. anda belajar bagaimana melaksanakan ibadah sholat. Tuhan tidak hanya di dalam masjid, Tuhan ada dimana mana. Jadi kalaupun tidak dapat datang ke masjid untuk sholat, anda dapat sholat dimanapun ; dibawah pohon, di rumah, dimanapun”.
Papua Nugini baru mengenal Islam di awal tahun 1980-an dan kini sudah ada sekitar 4000 jiwa muslim disana. Salah satu laporan menyebutkan bahwa ada satu desa yang seluruh penduduknya masuk Islam disaat yang bersamaan.
Komunitas Muslim PNG DI depan Masjid Port Moresby |
Sekjen Islamic Society Papua Nugini Isa Teine, menjelaskan bahwa kebanyakan islam diterima dengan mudah oleh rakyat Papua Nugini
karena kemiripan ajarannya dengan kepercayaan yang dianut oleh penduduk
Melanesia. “bila bertemu dengan orang lain kami akan memeluk mereka.
Inilah Islam kami tidak bersalaman lalu pergi meninggalkan mereka, dan
kebanyakan budaya kami merupakan budaya Islam”
“tentang
poligami, islam mengatur poligami dan membatasinya dengan empat istri.
Dan sebelum Islam masuk ke PNG, masyarakat disini sudah memiliki dua,
tiga bahkan empat istri. Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk menerima
Islam”. Dengan optimistik beliau mengatakan bahwa “saya memprediksi,
ketika islam mulai tersebar di PNG hanya butuh waktu 20-30 tahun
keseluruhan penduduk PNG akan masuk Islam”.
Islam dimata tokoh Gereja
Pastor
Joseph Walters, salah satu pemimpin gereja di PNG menjelaskan bahwa.
Pihak gereja tidak menganggap perkembangan Islam yang begitu pesat di
PNG sebagai suatu ancaman. “Negara ini merupakan negara Kristen yang
begitu kuat, saya sudah menjelajah ke seantero negeri ini mendakwahkan
kitab suci dari kerajaan tuhan di seluruh negeri dan secara umum
masyarakat disini sangat kuat, sangat berdedikasi dan sangat
berkomitment dengan ajaran Kristen” ujarnya.
“dan
mungkin ini seperti ancaman bagi ajaran Kristen di negara ini, tapi
para pemimpin gereja di negara ini memandangnya dengan berbeda, saya
sudah menempuh perjalanan jauh dan berbicara banyak dengan para penduduk
dan Kekristenan disini bahkan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Tidak
semua orang menerima ajaran ini (Islam) dengan insiden insiden
diskriminasi dan Islam Phobia yang begitu kental.”
Di dalam Msjid Port Moresby |
Menanggapi
hal tersebut Khalid mengatakan bahwa “ada kekurang fahaman tentang
Islam” “masyarakat negeri ini tidak memiliki pemahaman yang cukup,
terlalu banyak gambaran negatif yang ditorehkan pada islam, banyak orang
yang bertendensi untuk mempercayai apa yang dikatakan orang lain
tentang Islam dibandingkan dengan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
orang islam sendiri” “Khalid percaya bahwa kondisi tersebut akan segera
berubah seiring dengan berkembang pesatnya masyarakat PNG yang
ber-Islam”. Insya Alloh.
Sejarah Masjid ISPNG Port Moresby – Papua Nugini
Pada tahun 1987 Muslim World League (Rabita al-Alam al-Islami) yang berkedudukan di Saudi Arabia bekerjasama dengan umat Islam yang berada di PNG telah mengontrak sebuah rumah dan mengubahnya menjadi tempat beribadat umat Islam yang berlokasi di Lot 4 Sect 63 Queensclife, Korobosea, National Capital District dengan daya tampung sebanyak 50 orang.
Aktivitas di Masjid Port Moresby |
Dengan semakin banyaknya warga negara asing yang beragama Islam bekerja di PNG, khususnya di Port Moresby maka jumlah umat Islam semakin bertambah sehingga daya muat tempat beribadat tersebut tidak memadai lagi. Apalagi yang melakukan sembahyang Idul Fitri atau Idul Qurban, tempat beribadah dialihkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Port Moresby yang mempunyai halaman cukup luas untuk menampung umat Islam melakukan sembahyang Idul Fitri dan Idul Qurban.
Atas permohonan dari umat Islam di PNG,pada tahun 1992 pemerintah PNG telah menghibahkan sebidang tanah dengan luas 3,500 meter persegi yang berlokasi di Lot 1R 2 Sect. 138, Malas Street, Hohola, NationaI Capital District (diluar kantor komplek KBRI) yang direncanakan akan dipergunakan untuk membangun masjid pertama di PNG. Namun keinginan untuk membangun masjid tersebut tidak dapat dilaksanakan secepatnya dikarenakan dana yang sangat tidak mencukupi.
Pada tahun 1996 Duta Besar RI untuk Papua Nugini di Port Moresby mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila untuk membangunkan masjid diatas tanah yang telah disediakan tersebut. Pada tahun yang sama Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila mengabulkan permohonan tersebut dengan mentranfer dana senilai US$, 100.000,00 (Seratus ribu US Dolar - nilai tukar dolar sebesar Rp. 2.394,-) ke KBRI Port Moresby yang selanjutnya diserahkan kepada Pengurus Port Moresby Islamic Centre.
Pada tahun 1999 Duta Besar RI di Port Moresby melakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid, dan baru pada tahun 2001 pembangunan masjid dapat selesai dikerjakan dan diresmikan oleh Duta Besar RI di Port Moresby yang mewakili Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, High Commissioner Malaysia di Port Moresby yang mewakili Maybank Malaysia dan Imam Mikail Abdul Aziz yang mewakili Muslim World Legaue Saudi Arabia.
Masjid Port Moresby dari Jalan Raya |
Selain untuk sholat, masjid Port Moresby Central juga digunakan pula untuk kegiatan ibadah lainnya seperti kegiatan mengaji dan pengajian serta pesantren kilat yang diadakan 2 kali dalam satu tahun. Sejak berdirinya masjid Port Moresby Central Muslim tersebut, telah terjaring sebanyak 200 orang warga negara PNG yang masuk agama Islam.
Kepengurusan masjid Port Moresby Central Muslim tersebut terdiri dari:
Imam : Mikail Abdul Aziz (WN Nigeria)
Presiden : Jacob Amaki (WN PNG)
Wakil Presiden : Mikail Kalu (WN PNG) .
Sekjen : Mikail Karo (WN PNG)
Wakil Sekjen : Umar Nabae (WN Pakistan)
Bendahara : Mohamad Abdul Mannan (WN Srilanka).
Sumber: Bujangmasjid dan Wikipedia.org
0 Response to "Lebih Dekat dengan Masjid Islamic Society di Ibukota Papua Nugini"
Post a Comment