“Kejadiannya itu kalau tidak salah ketika kami melakukan takbir ke tujuh saat shalat Idul Fitri, sekitar pukul 7, pada hari Jum’at tanggal 17 di bulan 7,” kata Nana, salah seorang pengungsi yang kiosnya turut ludes terbakar, seperti dimuat panjimas (21/7).
Ia mengungkapkan, saat ratusan penyerang, jemaat GIDI, merangsek mendekati jamaah sholat iedul fitri, sambil melempari jamaah sholat dengan batu-batu dan semburan anak panah, jamaah langsung bubuar berkarian menyelamatkan diri. Dirinya sempat terinjak-injak.
“Lalu saya dibangunkan seseorang. Saya lihat di atas dan di sekeliling saya melayang batu-batu sedemikian banyak seperti hujan batu, juga anak-anak panah, tapi tak ada satu pun jamaah shalat yang terkena lemparan batu, maupun panah. Semuanya meleset. Padahal waktu itu kita tidak ada pasang tenda,” ujar Muslimah pendatang asal Sulawesi itu.
Selain itu, Nana juga membantah bahwa yang dibakar itu hanyalah Mushalla, tapi yang benar adalah MASJID. Hal itu bisa dilihat dari plang yang tersisa dan tak terbakar meski bangunannya ludes dilalap api.
“Karena bangunan kios itu dari kayu, cepat menjalar. Masjid pun ikut terbakar rata dengan tanah. Tapi anehnya plangnya tersisa, tidak hangus terbakar,” tuturnya. Nana mengatakan jika plang masjid yang tidak ikut terbakar adalah sebuah pertolongan dari Allah Swt, agar kita semua tidak mudah dibohongi jika yang dibakar hanyalah mushola. Pertolongan Allah Swt sungguh dekat, bagi mereka yang memang ingin mendekatkan drinya dengan Allah Swt. (Eramuslim)
0 Response to "Saksi Mata Tolikara: Hujan Batu dan Panah Dari Penyerang Tidak Ada Yang Mengenai Jamaah Shalat Ied!"
Post a Comment